Orasi Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung: Konstruksi Model Deskriptif dan Model Genetik Endapan Bahan Galian Serta Implementasinya dalam Pertambangan

Penulis: Prof. Syafrizal
Reviewer: Prof. Komang Anggayana

Penerbit: ITB Press

ISBN: 978-623-297-386-2
e-ISBN: 978-623-297-387-9 (PDF)

Sinopsis

Logam dan produk mineral lainnya sangat penting bagi masyarakat modern, baik untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari, seperti media transportasi dan media komunikasi. Sumber mineral-mineral pembawa logam berasal dari cebakan (endapan)  bijih yang harus selalu disertai dengan penemuan baru untuk dapat menggantikan cebakan (endapan)  bijih yang telah habis, dengan demikian diharapkan penemuan endapan baru selalu didorong dan didukung minimal didukung dengan pengembangan konsep-konsep baru dengan melakukan deliniasi kemenurusan cebakan (endapan) eksisting yang diusahakan.

Terminologi “deposit (endapan) bijih” memiliki arti khusus dalam banyak literatur di bidang geologi, yaitu “suatu massa batuan yang mengandung unsur, senyawa, atau mineral yang berharga dengan kadar dan jumlah total tertentu sehingga bahan tersebut dapat ditambang secara ekonomis”. Endapan bijih merupakan bagian penting dari istilah “deposit (endapan) mineral” yang lebih luas, yaitu mencakup konsentrasi unsur atau mineral secara alami.

Mengingat kompleksitas suatu endapan bijih yang sangat bervariasi dan sangat lebar secara geologi, maka perlu disusun suatu bentuk penyampaian yang sederhana berupa model. Pemodelan endapan didefinisikan sebagai proses penyusunan secara sistematis semua informasi yang diketahui mengenai karakteristik dan lingkungannya, dengan tujuan untuk mendefinisikan dan menjelaskan fitur-fitur pentingnya berupa fitur geologi, fitur fisik, serta fitur kimiawinya. Pemodelan endapan mineral biasanya selalu terkait dengan konsep dasar seperti jenis (tipe) endapan beserta proses pembentukannya. Pemodelan endapan mineral mencerminkan keseluruhan analisis dari beberapa elemen (aspek) mengdiskripsikan dan mengkuantifikasi endapan, seperti studi alterasi, mineralogi, inklusi fluida dan isotop stabil, serta observasi langsung di lapangan.

Secara umum, model memiliki dua persyaratan: (1) harus terbuka sehingga informasi baru tentang endapan dapat ditambahkan di masa depan, dan (2) pengguna harus dapat dengan mudah menemukan model-model yang sesuai. Proses penyusunan model bermula dari karakteristik geologi endapan, berupa informasi-informasi yang dapat digunakan sebagai panduan untuk eksplorasi. Secara umum, pemodelan endapan ini dapat dimulai dari model deskripsi, lalu diterjemahkan lebih lanjut menjadi model genetik dan model endapan. Setelah model endapan terbentuk, maka dianalisis lanjut dengan mempertimbangkan prospek teknis dan ekonomis, sehingga terbentuk model sumberdaya dan model cadangan.  

Secara umum, pembentukan endapan bahan galian di kerak bumi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yang utama, yaitu pembentukan endapan primer dan pembentukan endapan sekunder. Pembentukan endapan primer adalah endapan-endapan yang terbentuk akibat dari interaksi fluida-fluida yang berasal dari bawah permukaan bumi atau pembentukan endapan-endapan yang berhubungan langsung dengan magma. Pembentukan endapan sekunder adalah endapan-endapan yang terbentuk akibat dari perombakan, pengendapan kembali, serta pengkayaan dari endapan yang telah ada (terbentuk) sebelumnya.

Berdasarkan banyak literatur yang tersedia hingga saat ini, diyakini bahwa sebagian besar potensi logam dasar (Cu – Pb – Zn) dan logam mulia (Au – Ag) di Indonesia berasal (bersumber) dari endapan yang tergolong pada Endapan Sistem Hidrotermal. Pada lingkup keilmuan genesa bahan galian, sistem mineralisasi hidrotermal merupakan suatu sistem pembentukkan endapan mineral yang berasal dari pergerakan fluida yang relatif panas pada kerak bumi. Mirip dengan kondisi umum pembentukan endapan, mineralisasi pada sistem hidrotermal sedikitnya memiliki 3 (tiga) komponen (syarat) utama yang harus terpenuhi yaitu adanya sumber fluida, tersedianya media aliran fluida, serta adanya media perangkap (lingkungan) pengendapan yang memungkinkan mineralisasi terkonsentrasi. Berdasarkan interaksi fluida, temperatur pembentukan, lingkungan pembentukan, serta mekanisme aliran fluida, maka pada sistem endapan hidrotermal secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi endapan porfiri, endapan epithermal high sulphidation, dan endapan epithermal low sulphidation (Gambar 10). Pada ilustrasi tersebut dapat dilihat bagaimana interaksi fluida magmatik dengan air meteorik yang menyebabkan adanya gradien thermal, posisi relatif, serta kondisi larutan (fluida asam, mendekati netral, dan saline).

Model endapan mineral (bijih) deposit Pongkor di Leuwiliang Bogor Jawa Barat disajikan berdasarkan data yang tersedia dan karakteristik dari data-data yang diperoleh dari sistem urat seperti urat Ciurug, Cikoret, dan Ciurug Utara. Model genetik dari vein Ciurug-Cikoret dikembangkan dari studi alterasi, tekstur dan mineralogi vein, kumpulan precious metal dan base metal, suhu dan komposisi fluida hidrotermal, serta mekanisme hadirnya base metal berdasarkan mikrotermometri dan studi isotop stabil, dan juga posisi pembentukan mineralisasi berupa urat (vein) relatif terhadap paleo-muka air tanah. Model endapan bijih pada skala deposit (endapan Pongkor), dari kompilasi data Ciurug-Cikoret dan data sebelumnya tentang endapan Pongkor. Data paling relevan dari penelitian ini dan dari peneliti sebelumnya disederhanakan dan digeneralisir. Dengan demikian, karakteristik khusus atau kecenderungan data akan ditunjukkan sebagai panduan untuk tujuan lain (eksplorasi, aspek teknis, atau perencanaan tambang).

Model endapan prospek emas Poboya yang terletak sekitar 12 km di sebelah timur laut Kota Palu terdiri dari tiga zona urat, yaitu River Reef Zone/RRZ, Hill Reef Zone 1/ HRZ-1, dan Hill Reef Zone 2/HRZ-2. Model deskriptif dan model genetik disajikan berdasarkan data-data penelitian ilmiah yang telah dilakukan. Dengan adanya beberapa indikasi keterdapatan endapan emas placer (aluvial) di sepanjang transcurrent (sistem sesar dengan pergerakan lateral atau horizontal antara dua blok) PKFZ (Poboya Komplek Fault Zone) yang berfungsi sebagai jalur fluida hidrotermal dan adanya deposit RRZ mengimplikasikan bahwa daerah di sekitar PKFZ merupakan daerah yang potensial untuk dieksplorasi sebagai deposit epitermal.

Endapan Dairi Zn + Pb + Ag (Endapan Sopokomil) di Sumatera Utara merupakan satu-satunya tipe endapan SEDEX (Sedimen Exhalatif) hingga saat ini yang telah ditemukan di Sumatera atau Indonesia. Endapan sedimen ekshalasi (SEDEX) dianggap sebagai salah satu sumber Zn dan Pb yang paling penting. Secara umum, rata-rata endapan SEDEX mengandung 6,8 wt% Zn, 3,3 wt% Pb, dan 63 g/t Ag.

Rare Earth Element (REE), yang diterjemahkan menjadi unsur logam tanah jarang (LTJ) adalah 17 unsur yang menyusun sistem periodik yang jarang ditemukan di alam. Unsur ini tersusun atas Scandium (Sc)-Yttrium (Y) dan 15 unsur lain dari grup lantanida, secara berturut-turut: Lanthanum (La)-Cerium (Ce)- Praseodymium (Pr)-Neodymium (Nd)- Promethium (Pm)-Samarium (Sm)-Europium (Eu)-Gadolinium (Gd)-Terbium (Tb)- Dysprosium (Dy)-Holmium (Ho)-Erbium (Er)- Thulium (Tm)-Ytterbium (Yb)-Lutetium (Lu). Keberadaan endapan REE dan unsur radioaktif dapat berupa endapan primer sebagai hasil proses magmatik maupun hidrotermal dan banyak juga dijumpai sebagai endapan sekunder dalam bentuk rombakan sedimentasi (placer) dan produk pelapukan (lateritik). Penyebaran REE dan unsur radioaktif di Indonesia banyak ditemukan berasosiasi dengan batuan granit yang terdapat di sepanjang jalur timah (Sumatra bagian barat, Bangka-Belitung), Kalimantan bagian barat, dan Sulawesi bagian barat.

UkuranB5
Halaman90
CoverDoff
Detail

Untuk akses e-book kunjungi link berikut:

Untuk pemesanan hubungi nomor:

  • (022) 2512532 (FGB ITB)
  • +62-877-8806-6848 (WhatsApp ITBPress)
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *