Dalam kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang mengalami perasaan kewalahan atau overwhelmed. Tekanan dari berbagai aspek kehidupan, baik dari lingkungan eksternal maupun faktor internal, sering kali menumpuk dan menjadi beban emosional yang sulit diatasi. Untuk mengurai perasaan tersebut, salah satu metode yang dapat diterapkan adalah journaling. Metode ini menjadi bahasan utama dalam acara Sharing & Mini Workshop: Mengurai Overwhelmed dengan Journaling, yang menghadirkan Lilis Gantini, S.Pd, seorang praktisi journaling, sebagai pembicara. Acara ini digelar di ITB Press Store, pada hari Minggu, 26 Januari 2025.
Dalam sesi diskusi, Lilis Gantini menjelaskan bahwa journaling dapat menjadi sarana bagi individu untuk lebih memahami diri mereka sendiri. Menurutnya, banyak orang yang kurang memberi perhatian pada self-care dan refleksi diri, sehingga sering kali mengalami kewalahan dalam menghadapi berbagai tekanan hidup. Journaling membantu seseorang untuk menuangkan perasaan dan pikirannya ke dalam bentuk tulisan, sehingga emosi yang dirasakan menjadi lebih nyata dan dapat diregulasi dengan lebih baik. Kewalahan atau overwhelmed bisa berasal dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal seperti kecemasan, stres, dan tuntutan hidup sering kali menjadi penyebab utama seseorang merasa tertekan. Dengan journaling, kita dapat mengidentifikasi emosi tersebut dan mencari cara terbaik untuk mengelolanya.
Kondisi overwhelmed dapat dialami oleh siapa saja, tanpa memandang usia atau latar belakang. Lilis menjelaskan bahwa setiap kelompok usia memiliki tantangan tersendiri yang dapat menyebabkan perasaan kewalahan. Remaja biasanya mengalami tekanan dari tugas sekolah dan ekspektasi akademik. Sementara itu, ibu rumah tangga yang baru menikah mungkin merasa kewalahan dalam menyesuaikan diri dengan karakter pasangan. Begitu pula ibu yang baru memiliki anak, yang bisa merasa tertekan dengan tanggung jawab baru mereka. Setiap orang bisa mengalami overwhelmed, hanya saja konteks permasalahannya berbeda.
Banyak orang yang ingin mencoba journaling, tetapi bingung bagaimana memulainya. Lilis menegaskan bahwa tidak ada aturan baku dalam journaling, sehingga seseorang dapat memilih metode yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa teknik journaling yang dapat diterapkan antara lain gratitude journaling, yaitu menuliskan hal-hal yang disyukuri setiap hari untuk meningkatkan rasa syukur dan kebahagiaan. Ada juga planner journaling yang membantu dalam perencanaan kegiatan harian agar lebih terstruktur dan terorganisir. Mood tracker juga bisa digunakan untuk merekam suasana hati dan faktor-faktor pemicunya guna memahami pola emosi. Selain itu, terdapat teknik free writing yang memungkinkan seseorang menulis secara bebas tanpa aturan tertentu, sekadar menuangkan pikiran dan perasaan tanpa hambatan.
Yang terpenting dalam journaling adalah menuliskannya dengan mengalir. Tidak perlu terlalu memikirkan ejaan atau tata bahasa. Gunakan bahasa yang nyaman, bahkan bahasa gaul sekalipun tidak masalah, selama journaling tersebut membantu kita merasa lebih lega. Ketika ditanya mengenai fenomena overwhelmed di kalangan anak muda saat ini, khususnya di kota Bandung, Lilis mengakui bahwa kondisi tersebut semakin banyak terjadi. Banyak anak muda yang merasa stres akibat tekanan sosial, akademik, dan hubungan pribadi. Bahkan, tak jarang mereka buru-buru mendiagnosis diri dengan gangguan mental tertentu tanpa memahami akar permasalahannya.
Banyak anak muda yang mengalami patah hati atau kegagalan kecil, lalu langsung merasa mengalami gangguan kecemasan atau depresi. Padahal, sebelum sampai pada diagnosis, kita perlu memahami emosi kita terlebih dahulu. Journaling bisa menjadi cara efektif untuk mengenali dan mengelola perasaan tersebut sebelum mengambil kesimpulan yang terburu-buru. Workshop ini memberikan wawasan berharga mengenai bagaimana journaling dapat membantu seseorang mengurai perasaan overwhelmed yang mereka alami. Dengan teknik yang tepat, journaling dapat menjadi alat self-care yang efektif untuk berbagai kelompok usia. Lilis Gantini menekankan bahwa yang terpenting adalah menulis dengan jujur dan bebas, tanpa merasa terbebani oleh aturan baku. Journaling bukan hanya sekadar kegiatan menulis, tetapi juga bentuk ekspresi diri dan refleksi yang dapat meningkatkan kesehatan mental serta kesejahteraan emosional.