Lewat “Love Divine”, Pure Saturday Hadirkan Narasi Tentang Refleksi Diri

Setelah membuka tahun 2025 dengan merilis single “Dry” yang menggandeng musisi Rekti Yoewono (The Sigit & Mooner) sebagai kolaborator/vokalis tamu, kini Pure Saturday kembali menghadirkan karya terbaru mereka yang berjudul “Love Divine”. Single ini resmi dirilis pada tanggal 25 April 2025 melalui Labirin Records, yang sekaligus menandai kelanjutan eksplorasi musikal dari band yang telah berdiri selama lebih kurang tiga dekade ini.

Pure Saturday yang saat ini terdiri dari Satria Nurbambang, Ade Purnama, dan Arief Hamdani tetap menawarkan warna khas mereka yang begitu lekat dengan penikmat karyanya. Lagu ini ditulis oleh Ade Purnama, dengan komposisi musik yang digarap bersama Rika Faizal Rezza (lebih dikenal dengan nama  Ezza Rush-red). Pada rilisannya kali ini, mereka kembali menghadirkan estetika musik yang sempat muncul dalam album Grey, di mana hal itu menjadi sebuah fase penting dalam perjalanan karier mereka.

Secara musikal, “Love Divine” mengetengahkan sentuhan beat 80’s pop new wave, dengan balutan rock progresif, melodi yang kaya, serta harmoni yang memikat. Kombinasi tersebut menciptakan atmosfer yang akrab namun tetap menawarkan eksplorasi baru bagi para penikmat musik, terutama bagi mereka yang mengakrabi perjalanan Pure Saturday sejak 1994 lalu.

Lebih dari sekadar lagu, “Love Divine” menyajikan narasi yang menggambarkan perjalanan manusia dalam mencari makna hidup, penerimaan diri, dan hubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya—baik itu Tuhan, alam semesta, atau kebijaksanaan yang lebih tinggi. Lagu ini menuliskan tentang pencarian cahaya di tengah kegelapan, harapan di tengah ketidakpastian, dan kehangatan dalam dinginnya perjalanan hidup.

Hal ini masih sejalan dengan apa yang mereka buat di single mereka sebelumnya, “Fleeting Away”, di mana narasi tentang refleksi diri dan pemaknaan spiritualisme dalam konteks yang luas masih menjadi gambaran besar dalam beberapa lagunya. Seakan menjadi kekhasan dari penulis lirik, Ade Purnama yang kerap mengambil ‘big picture’ dalam sebuah narasi, untuk kemudian dibagi ke dalam beberapa lagu. Sebagaimana lagu “Fleeting Away”, lagu “Love Divine” diakui Ade berhubungan erat dengan masa pandemi lalu, khususnya ketika dia kehilangan rekan sesama musisi yang cukup punya hubungan dekat dengannya, atau pun Pure Saturday secara kolektif.

Larik-lariknya mencerminkan kerendahan hati seseorang yang menyadari keterbatasannya, mengakui kesalahan, dan meminta bimbingan untuk menemukan arah yang lebih terang. Ada unsur kerinduan akan pemahaman, penerimaan, dan kekuatan yang lebih besar untuk melampaui tantangan hidup.

Lagu ini mengajak kita untuk melihat kehidupan dari perspektif yang lebih luas: bahwa di balik perjalanan yang berat, ada keindahan yang bisa kita nikmati, bahwa di setiap tantangan ada cahaya yang bisa kita temukan. Ini bukan hanya tentang meminta dunia untuk lebih baik kepada kita, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa menemukan makna, ketenangan, dan kebijaksanaan dalam hidup yang sudah kita jalani.

Single “Love Divine” diproduksi oleh Labirin Records dengan melibatkan berbagai pihak yang turut berkontribusi dalam proses produksinya. Ade Purnama, Arief Hamdani, dan Satria Nurbambang bertindak sebagai produser, sementara proses rekaman dilakukan oleh Sofyan Effendi dan Indra Adhikusuma. Penyuntingan menggunakan ProTools ditangani oleh Ade Saepudin, sedangkan proses mixing dan mastering dikerjakan oleh Loevi Wahyudi serta Indra Adhikusuma di Binaural Studio, Bandung.

Untuk penggarapan visual single “Love Divine” dipercayakan kepada Egga, seorang desainer, DJ, sekaligus musisi eksperimental asal Bandung. Di kalangan teman-temannya, Egga dikenal sebagai seniman yang banyak menghasilkan karya grafis dalam bentuk t-shirt, flyer, poster, dan berbagai media lainnya. Ciri khasnya adalah penggunaan ikon grafis vektor yang sederhana, gambar-gambar temuan, serta teknik potong dan tempel yang mengusung unsur humor, ironi, dan objek-objek dari masa kanak-kanak.

Pada single “Love Divine”, Pure Saturday menghadirkan formasi yang solid dengan Satria Nurbambang sebagai vokalis, Arief Hamdani dan Rika Faizal Rezza pada gitar, Ade Purnama pada bass, vokal, dan gitar, serta Sony Mulyana pada drum. Seluruh materi lagu direkam, dimixing, dan dimastering di Binaural Studio, Bandung.

Dengan hadirnya “Love Divine”, Pure Saturday sekali lagi membuktikan ketangguhan mereka dalam menjaga eksistensi dan relevansi di industri musik Indonesia. Lagu terbaru ini bukan hanya menjadi persembahan bagi para penggemar lama, tetapi juga menjadi jembatan untuk merangkul pendengar baru yang mencari kedalaman musikalitas di tengah arus musik masa kini. Bersiaplah untuk kembali terhanyut dalam eksplorasi musikal Pure Saturday melalui “Love Divine”, yang bisa disimak di berbagai platform digital streaming. Ikuti terus kabar terbaru tentang Pure Saturday melalui akun resmi Instagram mereka: @puresaturdaybdg.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *