Selasa, 3 Juni 2025, bertempat di ITB Press Store, Gedung Science and Techno Park (STP) ITB, Jl. Ganesha No. 15 E digelar workshop “Membuat Buku” yang diinisiasi oleh ITB Press. Acara menjadi titik awal yang penting bagi siapa pun yang ingin serius menulis dan menerbitkan buku. Dengan pendekatan yang komprehensif dan suasana belajar yang interaktif, peserta diharapkan bisa membawa pulang tidak hanya ilmu praktis menulis, tapi juga semangat baru untuk terus berkarya.
Dipandu langsung oleh Bang Aswi, seorang blogger dan penulis berpengalaman, workshop ini membuka jalan bagi para peserta untuk memahami bagaimana sebuah buku bisa lahir, mulai dari ide mentah hingga menjadi naskah utuh yang siap diterbitkan. Alih-alih langsung berbicara soal struktur buku atau tata cara teknis penulisan, Bang Aswi mengajak peserta menyelami hal paling mendasar dalam proses kreatif menulis, yakni pemetaan ide.
Sering kali, orang mengira menulis itu dimulai dari inspirasi yang besar. Padahal, kenyataannya, tulisan yang kuat justru lahir dari hal-hal sederhana yang dipetakan secara konsisten. Misalnya, dari satu kata seperti “pisau”, kita bisa menggali berbagai asosiasi, mulai dari bahan pembuatnya seperti besi atau baja, profesi seperti pandai besi, karakter seperti pemarah atau keras, hingga fungsi mengiris yang bisa melahirkan kata seperti luka dan rapi. Dari pemetaan sederhana itu tercipta cabang-cabang ide yang bisa dikembangkan menjadi cerita. Dari mulai menghubungkan kata-kata menjadi makna, hingga kemudian makna menjadi cerita.
Dalam sesi diskusi yang berlangsung hangat, muncul pula gagasan bahwa ide bisa datang dari mana saja seperti pengalaman pribadi, peristiwa sehari-hari, atau bahkan dari hal-hal yang tampaknya absurd, seperti pensil menangis atau mobil tertawa. Imajinasi tidak punya batas. Yang diperlukan hanyalah keberanian untuk mencatat dan mengolahnya. Workshop ini menekankan pentingnya membaca sebagai salah satu cara untuk mengasah kepekaan terhadap bahasa dan struktur cerita. Dari sana, penulis bisa melihat berbagai sudut pandang, belajar membangun alur, dan memahami bagaimana tulisan bisa menyentuh pembaca.
Yang menarik dari workshop ini bukan hanya teori dan praktik yang dibagikan, tetapi juga suasana kolaboratif yang tercipta di dalam ruangan. Para peserta datang dengan latar belakang berbeda, namun disatukan oleh semangat yang sama, yakni ingin menulis dan menerbitkan buku. Workshop ini memberi ruang untuk bertanya, berbagi, bahkan berdiskusi tentang ide masing-masing. Dalam konteks inilah, proses menulis terasa lebih ‘manusiawi’, karena kita belajar bukan sekadar proses teknis, tapi juga proses memahami diri sendiri.
Pada akhirnya, menulis bukan soal mencari kata-kata paling indah, melainkan menemukan cara paling jujur untuk bercerita. Pemetaan ide menjadi salah satu alat penting dalam perjalanan ini, karena dari satu kata, bisa lahir cerita yang menggugah. Dari satu pengalaman, bisa tumbuh naskah yang menginspirasi, lalu dari workshop seperti ini, bisa muncul penulis-penulis baru yang percaya bahwa setiap orang punya kisah yang layak diceritakan dan dibukukan.