Bulan Juni ini, ITB Press Show kembali hadir dengan episode terbarunya. Menarik ketika menyimak kembali sejumlah episode sebelumnya yang kerap menampilkan mahasiswa-mahasiswa inspiratif, sosok-sosok yang layak disorot karena kontribusinya dalam komunitas kampus. Seperti pada episode kali ini, ITB Press Show menghadirkan Guinnot Raid, mahasiswa Teknik Fisika angkatan 2022 yang menjabat sebagai Ketua Pelaksana Jazz Aula Timur 2025. Guinnot hadir untuk berbagi cerita seputar kegiatan Jazz Aula Timur yang mengetengahkan tajuk “Jazzynthesis” ini.
Sebelum membahas lebih dalam mengenai Jazz Aula Timur, Guinnot sempat mengisahkan awal perjalanannya di dunia musik. Kecintaannya pada musik tumbuh sejak kecil, berkat lingkungan keluarga yang mendukung. Sang ibu merupakan anggota choir, dan di rumahnya tersedia beragam alat musik. Meski begitu, Guinnot kecil merasa belum menemukan kecocokan dengan alat-alat musik tersebut. Titik awalnya justru datang saat mengikuti pelajaran musik di sekolah, ketika ia dikenalkan pada alat musik tiup, Rekorder. Dari situlah keberaniannya tumbuh untuk belajar saxophone.
Ketertarikannya terhadap musik semakin kuat ketika ia bersekolah di SMA Negeri 2 Surabaya, yang dikenal sebagai tempat lahirnya banyak musisi ternama di Indonesia, termasuk beberapa personel Dewa 19 seperti Ahmad Dhani dan Ari Lasso. Di SMA ini, Guinnot menjadi bagian dari SMA 2 Big Band (SMADA Big Band). Pengalaman ini makin memperkuat langkahnya di jalur musik. Saat akhirnya masuk ke ITB, ia pun bergabung dengan ITB Jazz, dan dari sana keterlibatannya dalam berbagai kegiatan musik kampus makin berkembang.
Menurut Guinnot, Jazz Aula Timur dihadirkan sebagai ruang pertunjukan yang mengutamakan semangat komunitas. Lebih dari sekadar konser, kegiatan ini menjadi wadah bagi para anggota ITB Jazz untuk berkembang menuju ranah profesional. Hal ini tercermin dari berbagai pre-event yang telah dilakukan sebelumnya, mulai dari sesi jamming di JGTC Universitas Indonesia, kolaborasi dengan Radio KLCBS di Dago Heritage, hingga penampilan di Ruang Putih, Kampus ITB Jatinangor, dan Ganesha.
Guinnot juga menekankan pentingnya prinsip keberlanjutan dalam setiap kegiatan musik. Ia menyadari bahwa pertunjukan musik kerap kali identik dengan limbah dan konsumsi berlebih. Karena itu, Jazz Aula Timur berupaya mengubah citra tersebut dengan menghadirkan recycle station untuk sampah plastik dan memanfaatkan bahan-bahan daur ulang dalam elemen dekorasi acara.
Lebih jauh, Guinnot mengungkapkan bahwa Jazz Aula Timur memiliki semangat yang bisa dibilang berbeda dari Jazz Aula Barat yang cenderung dikenal sebagai acara eksklusif dan ‘premium’. Jazz Aula Timur hadir sebagai panggung yang inklusif dan terbuka, menjadi ruang bagi mahasiswa untuk belajar, tumbuh, dan bersinar.
“Kami melihat permintaan besar terhadap musik jazz di kalangan mahasiswa, baik yang sudah mencintainya maupun yang baru ingin mengenal lebih dalam. Acara ini dirancang agar siapa pun bisa menikmati, apa pun latar belakang musiknya,” tuturnya.
Salah satu hal yang paling menarik dalam Jazz Aula Timur tahun ini adalah kolaborasi dengan Teddy Adhitya. Kerja sama ini bermula dari penampilan Teddy dalam acara Wisuda Night ITB bulan April lalu, di mana ITB Jazz Band didaulat sebagai pembuka. Dari momen itu, muncul ide untuk melanjutkan sinergi ke panggung Jazz Aula Timur. Hasilnya adalah sebuah pertunjukan yang tak hanya kuat secara teknis, tetapi juga menghadirkan nuansa hangat dan penuh jiwa. Simak obrolan lengkapnya di kanal Youtube ITB Press TV.