Bobbie Rendra dan Multiverse Literasi

ITB Press Show kembali hadir bulan Mei 2025 ini. Kali ini host Wenky Wiradi berkesempatan ngobrol dengan Bobbie Rendra. Seorang mantan jurnalis yang lalu tumbuh menjadi fiksionis dengan latar belakang musik, film, game development, digital marketing, branding, bisnis kreatif di ranah IP, dan analis kultur pop; dengan peran sebagai Creative Producer, Creative Consultant, atau Creative Director. Dengan setumpuk bidang kreatif yang dijalaninya, tulis menulis adalah hal yang menjadi benang merah bagi Bobbie menyalurkan kreativitasnya.

“Orang yang mampu membaca dan menulis belum tentu dapat dikatakan terliterasi

Kutipan di atas merupakan sedikit dari banyaknya obrolan santai namun ‘bergizi’ dengan Bobbie Rendra. Menurutnya literasi tidak sekadar kemampuan mengenali huruf atau menyusun kata menjadi kalimat, melainkan melibatkan proses memahami, mengolah, serta menganalisis informasi secara kritis dan reflektif. Jika kemampuan melek aksara dijadikan satu-satunya tolok ukur, maka dengan tingginya intensitas masyarakat Indonesia dalam membaca dan menulis teks setiap hari (melalui pesan instan dan media sosial) kualitas sumber daya manusia seharusnya telah melesat jauh. Namun, kenyataan berkata lain: tingginya frekuensi tidak otomatis mencerminkan kedalaman atau kualitas dalam pemahaman.

Episode ini banyak hal menarik yang menyentuh berbagai aspek literasi, mulai dari bentuk paling konvensional hingga interpretasi yang lebih filosofis. Salah satu sudut pandang menarik yang diangkat adalah konsep Zeitgeist, atau “jiwa zaman”. Seperti halnya zodiak yang melekat pada karakter seseorang, zaman pun disebut memiliki “zodiaknya” sendiri. Menurut Bobbie, saat ini, jiwa zaman ditandai oleh dominasi komunikasi, interaksi, bahasa, dan literasi.

Dari percakapan ringan yang kadang diselingi tawa spontan, pembahasan berlanjut ke perbedaan mendasar antara tulisan dan bacaan, di mana tulisan sering kali terasa menyenangkan saat dibuat, tetapi belum tentu nyaman atau enak saat dibaca oleh orang lain. Sebaliknya, bacaan dirancang agar sejak awal bisa dinikmati oleh pembaca. Hal ini memperlihatkan bahwa menulis dan membaca memiliki dimensi yang berbeda, meskipun saling berkelindan. Keduanya menuntut kepekaan terhadap konteks dan tujuan penyampaian pesan.

Lebih jauh lagi, kebiasaan menulis dibicarakan sebagai bentuk terapi diri. Aktivitas menulis dinilai mampu memberikan dampak positif bagi kesehatan mental, kestabilan emosional, bahkan perkembangan spiritual. Proses menuangkan pikiran ke dalam bentuk tulisan bisa menjadi ruang sunyi untuk berdialog dengan diri sendiri, membongkar beban pikiran, atau bahkan menyusun ulang perspektif terhadap berbagai hal.

Hal menarik lainnya di episode ini adalah ketika membahas tentang pandangan Bobbie terhadap musik sebagai bentuk literasi alternatif, khususnya melalui pendekatan bahasa non-verbal. Musik dipandang bukan hanya sebagai karya seni, tetapi juga sebagai medium untuk menyampaikan ide dan memperkaya pemahaman. Dari perspektif ini, musik berperan sebagai bentuk literasi emosional dan budaya yang kuat. Gagasan ini sejalan dengan pendekatan Desain Komunikasi Audio, di mana elemen suara, narasi, dan pengalaman pendengar dijalin menjadi satu kesatuan utuh. Dalam ranah ini, bisnis kreatif dan literasi saling menguatkan.

Profesi Bobbie menjelajahi berbagai bidang kreatif dari penulisan fiksi, musik, film, pengembangan gim, hingga pemasaran digital, branding, pengelolaan kekayaan intelektual, hingga kemudian mengerucut menjadi seorang Creative Producer. Dalam perjalanan lintas disiplin tersebut, aktivitas menulis menjadi benang merah yang menyatukan semuanya. Tulis-menulis tidak hanya menjadi sarana menyalurkan gagasan, tetapi juga menjadi cara membingkai ulang realitas, menyusun strategi, dan membangun narasi yang berdaya guna.

Dari keseluruhan percakapan ini, satu hal menjadi jelas: literasi bukanlah capaian teknis semata, melainkan kemampuan memahami, merespons, dan menciptakan makna. Dalam dunia yang semakin padat informasi dan serba cepat, literasi menjadi kunci untuk mengarungi zaman dengan pikiran yang jernih, bahasa yang tajam, dan empati yang hidup. Simak obrolan lengkapnya di kanal Youtube ITB Press TV!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *